MAKALAH KEAMANAN PANGAN
KASUS KERACUNAN SUSU
FORMULA BAYI AKIBAT PENAMBAHAN MELAMIN
KELOMPOK 14
ELA ELNI SUPIATUN (J1A
013 034)
ENDANG SETIARATNASARI
(J1A 013 036)
RATNA SARI (J1A 013
108)
SILFIA YUNIANTI (J1A
013 122)
NANING APRILIANI (J1A 212 088)
PROGRAM STUDI ILMU DAN
TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI
PANGAN DAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MATARAM
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehaditat
Tuhan yang Maha Esa karena kasih dan karunianya makalah ini dapat
diselesaikan.Makalah ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Keamanan Pangan
yaitu tentang “Kasus Keracunan Susu Formula Bayi Akibat Penambahan Melamin”.
Dalam makalah ini penulis mencoba
menyajikan materi sebaik-baiknya, oleh karena itu dengan penyusunan makalah ini
penulis berharap dapat mengembangkan potensi bagi pembaca.
Namun demikian, kami menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna memperbaiki makalah ini agar
menjadi lebih baik.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam
pembentukan generasi muda yang cerdas dan berbakat.
Mataram, Juni 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Kondisi
persaingan tidak sehat sekarang ini telah menjadi- jadi. Di dalam negeri daging
sampah olahan di jual lagi, diluar negeri Susu dicampur melamin sangatlah tidak
manusiawi. Seandainya orang yang mencampur melamin kedalam susu mempunyai
pengetahuan tentang melamin dan dia mempunyai anak pasti dia tidak akan
memberikan susu tersebut atau akan menyimpannya rapat - rapat.
Melamin merupakan bubuk putih yang digunakan
dalam pembuatan barang –barang terbuat dari plastik. Melamin disintesa oleh
peneliti Jerman tahun 1830. Yang paling banyak dipakai adalah dalam bentuk
Melamin resin (semacam lem ) yakni : campuran melamine dan formaldehyde
digunakan dalam formica, floor tiles, whiteboards dan peralatan
dapur. Atau barang- barang yang berhubungan dengan lem playwood.
Melamin
yang ditemukan dalam sejumlah produk makanan ternyata bukan akibat
terkontaminasi. Namun zat yang membahayakan kesehatan itu sengaja dimasukkan ke
dalam produk makanan. Maksud dicampurkan melamin ke dalam makanan agar produk
tersebut terlihat bagus. Sebab sekitar 66 % kadar nitrogen dalam melamin dapat
terlihat sebagai protein. Selain itu penambahan melamin dapat menaikkan
kandungan protein. Analisa protein
biasanya dilakukan dengan metode kjeldahl, yaitu mengukur jumlah nitrogen yang
kemudian di konversikan menjadi jumlah protein dengan suatu tetapan standar.
Saat dilakukan uji analisa kandungan protein, hasil menunjukkan kandungan
nitrogen yang besar. Padahal sebenarnya angka tersebut diperoleh bukan hanya
dari protein, namun juga melamin. Karena melamin ini memiliki gugus nitrogen,
maka sejumlah nitrogen yang terukur akan semakin bertambah.
1.2.Rumusan
Masalah
1. Apa yang dimaksud melamin ?
2. Bahaya penambahan melamin pada susu ?
3. Berapa standar batas kandungan melamin ?
1.3.Tujuan
dan Manfaat
Tujuan
dan manfaat penyusunan di buatnya makalah ini adalah untuk Mendiskripsikan
melamin pada produk makanan khususnya susu formula bayi sehingga dapat
memperoleh informasi dan pengetahuan baru tentang melamin yang ada dalam produk
susu formula bayi, agar semakin banyak orang yang tahu bahaya melamin dan
produk-produk bermelamin yang membahayakan kesehatan sehingga dapat
menghindarinya.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Melamin
merupakan senyawa kimia organik yang berbentuk kristal putih dan banyak
mengandung unsur nitrogen. Melamin yang memiliki rumus molekul C3N6H6 merupakan
produk samping industri pengolahan batu bara. Pada umumnya, senyawa ini banyak
digunakan untuk berbagai keperluan industri, termasuk industri peralatan dapur,
perlengkapan makan, kemasan pangan, resin melamin (terutama melalui reaksi
dengan formaldehid), kertas, pelapis, penstabil plastik, perekat, dan flame
retardant. Karena memiliki kandungan unsur nitrogen yang tinggi, oleh beberapa
negara melamin juga digunakan sebagai komponen pembuatan pupuk. Pada melamin
dapat ditemukan zat pengotor (impurities) yaitu asam sianurat, yang secara
struktur kimia analog dengan melamin. Asam sianurat ini dapat digunakan sebagai
desinfektan pada air kolam renang.
Batas
maksimum cemaran melamin dalam produk pangan di Indonesia saat ini belum
diatur. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan mengatur bahwa produk
pangan tidak boleh mengandung bahan beracun, berbahaya, atau mengandung cemaran
yang melampaui ambang batas maksimum yang ditetapkan. Menurut Lutter et
al. (2011), WHO/FAO (2008) menetapkan
batas limit melamin dalam susu formula
bayi yang dapat ditoleransi sebesar 1 ppm (1 mg/kg). Metode uji yang disarankan
untuk mendeteksi melamine dan asam sianurat adalah LC1MS (Liquid Chromatography Mass Spectrofotometri) atau setidaknya HPLC
(Fremlin dan Pelzing 2009). Sebagian besar susu yang beredar ataupun yang
digunakan sebagai bahan baku susu di Indonesia adalah impor, yang mencapai
sekitar 60%. Impor juga dilakukan dari Cina. Untuk itu, perlu dikembangkan
metode deteksi melamin dan pengujian adanya cemaran melamin pada susu impor
untuk menjamin susu yang aman yang akan beredar di Indonesia. Penelitian ini
bertujuan untuk mengembangkan metoda analisis melamin secara LCMS dan
menganalisa cemaran melamin pada susu bubuk.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.Pengertian Melamin
Melamin adalah suatu zat
organik dengan struktur kimia C3H6N6 atau dengan nama IUPAC
1,3,5-triazine-2,4,6-triamine. Berat molekulnya adalah 126, bentuk kristal
putih dan agak sulit terlarut dalam air. Sebelumnya kita tahu bahwa melamin
banyak digunakan pada produksi plastik seperti untuk pembuatan alat makan.
Melamin yang digunakan adalah melamin resin, yaitu kombinasi melamin dan
formaldehid. Melamin adalah trimer
dari sianamida, dan seperti sianamida, ia
mengandung 66% nitrogen (berdasarkan massa). Ia merupakan metabolit dari siromazina,
sejenis pestisida.
Melamin terbentuk dalam tubuh mamalia yang mengkonsumsi siromazina. Dilaporkan
juga siromazina diubah menjadi melamina pada tanaman. Melamin biasa didapat
sebagai kristal putih. Melamin biasanya digunakan untuk membuat plastik, lem,
dan pupuk.
Melamin pertama
kali disintesis oleh Liebig pada
tahun 1834. Pada produksi awal, kalsium sianamida diubah
menjadi disiandiamida, kemudian
dipanaskan di atas titik leburnya untuk menghasilkan melamin. Namun, pada zaman
sekarang, kebanyakan pabrik industri menggunakanurea untuk
menghasilkan melamin melalui reaksi berikut :
6 (NH2)2CO
→ C3H6N6 + 6 NH3 + 3 CO2
Pertama-tama, urea terurai
menjadi asam sianat pada reaksi endotermik: (NH2)2CO
→ HCNO + NH3. Kemudian asam sianat berpolimerisasi membentuk
melamina dan karbon dioksida: 6 HCNO → C3H6N6 +
3 CO2. Reaksi kedua adalah eksotermik, namun
keseluruhan proses reaksi bersifat endotermik.
Gambar Molekul Melamin
3.2.Bahaya
Penambahan Melamin pada Susu
Melamin
merupakan senyawa polimer yang merupakan gabungan monomer formaldehide
(formalin) dan fenol yang apabila komponen penyusun melamin tersebut dalam
komposisi yang seimbang kelihatan aman tetapi harus diwaspadai seringkali dalam
pembuatan melamin proses pencampurannya sering kali tak terkontrol. Apabila
komposisi antara formaldehide dengan fenol tidak seimbang maka akan terjadi
residu, yaitu monomer formaldehide atau fenol yang tidak bersenyawa sempurna.
Sisa monomer formaldehide inilah yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Selain
itu senyawa melamin rentan terhadap panas dan sinar ultraviolet yang dapat
mendepolimerisasi melamin menjadi monomer formaldehide dan fenol. Meski tahan
di rentang suhu 120 derajat celcius sampai 30 derajat C di bawah nol, tapi
karena menyerap panas, melamin tak tahan dipapar panas terlalu tinggi. Apalagi
terpapar dalam jangka waktu lama. Gesekan terhadap peralatan melamin juga
berpotensi melepaskan residu formaldehide yang terperangkap sebelumnya.
Sehingga meskipun kontrol pembuatan peralatan melamin sudah baik masih
menyimpan bahaya bagi kesehatan. Formaldehide atau yang kita kenal sebagai
formalin merupakan desinfektan yang sering pula digunakan sebagai bahan
pengawet mayat yang sangat mudah masuk ke dalam tubuh lewat jalur oral/mulut,
saluran pernafasan dan pembuluh darah. Formaldehid yang masuk ke dalam tubuh
dapat mengganggu fungsi sel, bahkan dapat pula mengakibatkan kematian sel.
Melamin
mengandung kandungan nitrogen yang tinggi dan memiliki karakteristik protein.
Penambahan melamin pada susu ditujukan untuk meningkatkan kadar protein
sehingga seolah-olah pada saat diperiksa kadar proteinnya menjadi tinggi (untuk
memeriksa kandungan protein dari suatu zat yang diukur adalah kandungan
nitrogennya). Regulasi pemeriksaan formula susu sebelumnya tidak menduga bahwa
akan adanya penambahan melamin ini, sehingga kandungan melamin tidak diperiksa.
Bahayanya apabila produk susu ditambahkan melamin konsumen akan terkena gagal
ginjal karena melamine dapat membentuk Kristal di saluran ginjal bahkan akan
menutup saluran kencing dan menyebabkan kebutaan serta dapat mengakibatkan
kerusakan pada reproduksi juga dapat menyebabkan kanker.
Tanda-Tanda Atau Gejala Akibat Keracunan Melamin
Seseorang yang mengalami keracunan melamin dapat
menunjukan tanda dan gejala berupa iritabilitas, darah dalam urin (hematuria),
produksi urin menurun atau tidak ada sama sekali, tanda-tanda infeksi ginjal,
dan tekanan darah tinggi.
3.3.Standar Batas Kandungan Melamin
Batas maksimum
cemaran melamin dalam produk pangan di Indonesia saat ini belum diatur.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan mengatur bahwa produk pangan
tidak boleh mengandung bahan beracun, berbahaya, atau mengandung cemaran yang
melampaui ambang batas maksimum yang ditetapkan. Sedangkan Food and Drugs Administration (Badan Makanan dan Obat) Amerika Serikat menyatakan,
asupan harian yang dapat ditoleransi (tolerable
daily intake/TDI) melamin adalah 0,63 mg per kg berat badan. Pada
masyarakat Eropa, otoritas pengawas makanannya mengeset standar yang lebih
rendah, yaitu 0,5 mg per kg berat badan. European Food Safety Agency (EFSA) menetapkan batas kandungan
melamin dalam produk makanan, selain makanan bayi adalah kurang dari 2,5 ppm. Hong Kong untuk
batasan maksimum konsentrasi melamin pada makanan bayi adalah 1 ppm dan makanan
lain 2,5 ppm.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1.Kesimpulan
1. Melamin adalah suatu zat
organik dengan struktur kimia C3H6N6 atau dengan nama IUPAC
1,3,5-triazine-2,4,6-triamine, memiliki berat molekul 126, berbentuk kristal putih
dan agak sulit terlarut dalam air dan digunakan pada produksi plastic.
2. Bahaya melamin apabila ditambahkan pada produk susu akan
menyebabkan terkena gagal ginjal karena melamin dapat membentuk Kristal di
saluran ginjal bahkan akan menutup saluran kencing dan menyebabkan kebutaan
serta dapat mengakibatkan kerusakan pada reproduksi juga dapat menyebabkan
kanker.
3. Batas
maksimum cemaran melamin dalam produk pangan di Indonesia saat ini belum
diatur, tetapi Food and Drugs Administration
(Badan Makanan dan Obat) Amerika Serikat menyatakan, asupan harian yang dapat
ditoleransi (tolerable daily intake/TDI)
melamin adalah 0,63 mg per kg berat badan
4. Batas
maksimum cemaran melamin dalam produk pangan di Indonesia saat ini belum
diatur, tetapi Food and Drugs Administration
(Badan Makanan dan Obat) Amerika Serikat menyatakan, asupan harian yang dapat
ditoleransi (tolerable daily intake/TDI)
melamin adalah 0,63 mg per kg berat badan.
4.2.Saran
Konsumen harus jeli dalam memilih
produk susu dan coklat serta memperhatikan kualitasnyadan mulai sekarang,
biasakan untuk tidak memakan makanan instant buatan pabrik, lebih baik mengolah
sendiri bahan mentah menjadi makanan jadi.
DAFTAR
PUSTAKA
Fremlin
LJ, Pelzing M. 2009. Melamine
and cyanuric acid detection in 5 minutes using LCMS. Bruker Daltonics Division,
Application note. Australia.
Goscinny S, Hanot V, Halbardier JF,
Michelet JY, Loco JV. 2011. Rapid
analysis of melamine residue in milk, milk product, bakery goods and flour by
ultra performance liquid chromatography/tandem mass spectrometry: from food
crisis to accreditation. Food Control. Vol 22 : 22-30.
Irmahayati, dkk., 2013. Bahaya Keracunan
Melaminyang Terkandung Dalam Bahan Pangan. Info
POM. Vol 14 (04) :7-8.
Martoyo
PY. 2009. Cemaran Melamin dalam Pangan. Food Review Indonesia. Vol 4: 40.
Nissa C. 2011. Kajian cemaran melamin dalam produk pangan dan pengawasannya di
Indonesia (tesis S2). Institut Pertanian Bogor. Bandung.
Rahmawati, S., 2013. Kadar Melamin pada
Produk Berbahan Susu dan Susu Bubuk yang Dianalisis secara Liquid Chromatography Mass Spectrometry (LC-MS). JITV. Vol. 18 (01): 63-69.